PMKRI dalam Andil sebagai Aktor Gerakan Kemasyarakatan

Idealisme adalah kemewahan yang dimiliki Kaum Muda

(Tan Malaka).

Konsolidasi organisasi kepemudaan selalu berbuah pada adanya gerakan. Tanggung jawab pemuda sebagai tulang punggung perubahan pun dituntut untuk selalu membangun gerakan yang konstruktif. Literasi sejarah mengakui bahwa pemuda adalah bintang lapangan. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Proklamsi 17 Agustus 1945,  dan Reformasi 1998 menjadi bukti akan eksistensi kaum muda.

Tokoh proklamasi Indonesia, Bung Hatta berpendapat bahwa pergerakan rakyat timbul bukan karena pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena adanya pergerakan. Mantan Wakil Presiden pertama ini sekedar mau mengatakan bahwa munculnya terobosan brilliant oleh pemimpin kita dipengaruhi juga oleh adanya pergerakan. Bangsa ini akan statis, saat tidak ada pergerakan pada tataran akar rumput. 

PMKRI sebagai organ gerakan memiliki andil besar dalam mengkritisi sistem sosial-politik. Hal ini dilandasi pula oleh visi untuk berjuang dan terlibat dengan kaum tertindas. 

 
 Kepres Periode 2016/2017 Tian Nanggolan sedang membawakan
 materi didampingi oleh Germas, Erik Jumpar.

Spirit profetis ini mampu terwujud, jika stakeholders didalamnya bahu-membahu mewujudkan visi PMKRI. Kita yang sudah menyatakan diri bernaung dibawah rumah bersama PMKRI sudah ditakdirkan sebagai “motor” perjuangan. Sebagai motor perjuangan, sudah seharusnya kita memiliki beban moral dalam mengangkat berbagai polemik yang terjadi. Bukan kader namanya, manakala bungkam dalam menghadapi setiap masalah. Kader dibaptis untuk memiliki insting respons agar peduli pada kaum yang terpinggirkan. Oleh karena itu, PMKRI merupakan ujung tanduk akan perjuangan demi perubahan bersama.

Spektrum Gerakan

Dalam konteks pergerakan secara nasional, PMKRI selalu memainkan organnya sebagai spektrum gerakan. Pada konteks ini, PMKRI mendesain dirinya sebagai pusat akan lahirnya gerakan. Isu-isu yang diusut awalnya berasal dari Margasiswa. Margasiswa menjadi dapur gerakan. Tempat pertama dan utama dalam menyajikan menu (baca:isu) di atas meja gerakan.

Konsistensi PMKRI sejatinya tetap terjaga. Aktualisasi akan pilihan selaku aktor gerakan niscaya akan berdampak pada adanya perubahan bersama. Cita-cita akan perubahan mencuat ketika nalar kritis tidak mati suri.   

Geliat Advokasi dalam Merespons Isu yang Terjadi

Domain akan eksistensi PMKRI tidak hanya bermain pada konstelasi internal. Tetapi, lebih dari itu eksistensi PMKRI  penting untuk diakui oleh pihak luar (eksternal) organisasi.

Presidium Gerakan kemasyarakatan PMKRI dalam menjalankan fungsinya berurusan membidangi masalah eksternal organisasi(sosial kemasyarakatan). Polemik sosial-politik dan beragam masalah lainnya menjadi santapan lezat yang siap diusut oleh Presidium Gerakan Kemasyarakatan.

Adapun bentuk isu-isu yang menjadi domain Presidium Germas, yakni isu responsif dan isu strategis.

Pertama, isu responsif merupakan isu yang ditanggapi saat adanya masalah. Misalkan, ada kasus penganiayaan terhadap aktivis PMKRI Cabang Ruteng yang dilakukan oleh salah satu aparat Polres Manggarai. Karena itu, bentuk tangapannya berupa lahirnya kecaman dengan menempuh jalan turun ke jalan (demonstrasi) untuk meminta kejelasan dari polemik yang terjadi.

Kedua, isu strategis merupakan jantung dari proses perencanaan organisasi. Misi organisasi sering secara eksplisit dan implisit dimaknai sebagai sebuah isu. Isu strategis sangat penting menyangkut arah gerakan eksternal organisasi. Ketika isu strategis berhasil diidentifikasi, maka selanjutnya disusun kerangka rincinya dalam beberapa sub-isu(isu turunan) hingga berujung pada adanya aksi. Proses identifikasi isu strategis ini diharapkan menghasilkan agenda isu strategis yang melekat pada organisasi.

Agenda pemetaan isu strategis bertujuan pada hasil utama; yaitu, pertama, tercapainya daftar isu-isu yang dihadapi oleh organisasi. Daftar isu bisa berasal dari beberapa refrensi(anggota organisasi), namun tetap dalam tataran kesimpulan yang hati-hati oleh para pelaku perencanaan organisasi.

Kedua, pemilahan daftar isu-isu ke dalam dua kategori, yaitu isu strategis dan isu turunan.

Ketiga, adanya pengaturan isu-isu strategis secara berurutan berdasarkan prioritas, logika dan kebutuhan lokal.

PMKRI ditakdirkan untuk sigap dan siap dalam menanggapi, mengkaji dan memberikan solusi pada polemik kemasyarakatan. Geliat advokasi(pengusutan) bermuara pada adanya hasil dalam menyuarakan suara-suara yang tak tersuarakan (voice of the voiceless).

Germas dan Fungsinya

Secara garis besar, Presidium Gerakan Kemasyarakatan memiliki responsibilitas besar dalam urusan membesarkan organisasi. Dalam menjalankan tugasnya, Presidium Germas dibantu oleh Lembaga Kajian Isu Strategis dan Biro Alumni dalam kerangka kerja yang dijiwai oleh semangat egaliter dan juga kerja kolektif-kolegial. 

Presidium Gerakan kemasyarakatan memilki fungsi; yaitu, pertama, membangun jaringan dengan berbagai organisasi kemasyarakatan dan elemen masyarakatan baik strategis maupun taktis, lebih khusus yang mendukung gerakan PMKRI. 

Bagi PMKRI, organisasi kemasyarakatan merupakan potensi nasional yang berperan dalam mengisi cita-cita nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan tanpa mengurangi independensinya, PMKRI tetap berupaya menjalin kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan lainnya seperti, GMNI, HMI, PMII, GMKI, LMND, dan LSM-LSM serta elemen bangsa lainnya.

Kedua, membangun hubungan dengan pemerintah, dalam artian turut serta memberikan sumbangan-sumbangan pemikiran alternatif kritis dan konstruktif. Atau dalam tanda kutip, PMKRI sebagai mitra oposisi-nya pemerintah.

Ketiga, membangun hubungan dengan ormas Katolik (OMK, Pemuda Katolik, WKRI, FORKOMA).

Keempat, membangun hubungan dengan alumni. Alumni adalah elemen terpenting yang dapat memberikan dukungan baik moril dan materil.

Kelima, membangun hubungan dengan hirarki gereja. Sebagai kader Gereja, PMKRI harus menjadi corong Gereja dalam melahirkan kader-kader yang berwatak Katolik dan nasionalis.

Keenam, mengadakan advokasi terhadap kasus-kasus yang menimpa kaum-kaum tertindas. 

Pada titik ini, dalam kerangka menyukseskan peradaban bangsa yang beradab, maka segala ketertindasan harus dilawan. Bungkam adalah pengkhianatan. Che Guevara, tokoh-pahlawan legendaris terbesar abad dua puluh berpendapat bahwa bagi siapa saja yang berani melawan ketidakadilan; maka engkau itu kawanku. Revolusioner sejati dari Kuba ini, mengingatkan bahwa manusia ditakdirkan untuk berani melawan ketidakadilan..

Pro Ecclesia Et Patria

Erik Jumpar.
Mantan Presidium PMKRI Cabang Ruteng Periode 2016/2017. Tulisan ini dibawakan pada saat menjadi pemateri tentang Germas dan Fungsinya saat MPAB PMKRI Cabang Ruteng.

Post a Comment

0 Comments