Semerbak Natal dalam Kenangan



Rana Mese yang eksotis. 
Senja sebentar lagi beranjak pergi. Sepertinya, ia tampak lelah menjalankan tugas untuk menerangi bumi selama satu hari penuh, makanya ia bergegas pergi.  Sebentar lagi, kita akan menjemput malam yang  kembali menjalankan tugasnya. Ia kembali hadir untuk menutupi lembaran kisah di hari ini.
Pagi dan malam memaksakan kita untuk terus berlari, menjahit kisah, harapan, mimpi dan mendulang cinta. Pada titik ini, kita kembali berjibaku dengan segala kesibukan, melanjutkan cinta untuk menuai harapan di kemudian hari.
Puncaknya, kita melupakan waktu, tentang 2017 yang sebentar lagi berlalu. Siap dan tidak siap, sebentar lagi kita menyambut 2018. Menyambut mimpi, kisah dan cinta. Tentang waktu yang cepat berputar, kita kembali ditantang untuk melanjutkan kisah dan untaian harapan dalam hidup kita masing-masing.
Tak  terasa Desember sudah menyambangi. Fase yang selalu di nanti-nanti. Tentang Desember, Lipooz dalam sepenggal lirik dalam lagu All I Want Is Christmas In Ruteng terdapat untaian lirik yang indah “ Ingin ku lompati September, Oktober dan November”.
Bagi musisi rapper asal Ruteng ini, Natal merupakan sebuah masa yang indah. Masa yang selalu dinanti-nantikan oleh siapa saja. Masa untuk merawat cinta dalam kebersamaan, masa penantian akan datangnya Sang Juru Selamat. Apalagi, saat merayakan Natal bersama dengan orang yang kita cintai. Bahagia dan cinta melebur dalam cangkir kebersamaan.  
Bagi diaspora Manggarai, Natal tentu sangat jauh berbeda. Mulai dari aksesoris dan dekorasi Natal yang berbeda dengan yang lazimnya ada di kampung halaman.
Tapi, kali ini saya membawa imajinasi kita untuk mengungkit rindu. Rindu adalah tempat kita mengadu. Saat kita sudah mulai lelah dan kalah dalam melangkah, mengungkit rindu akan kenangan merupakan obat penawarnya, sekedar mengobati rindu yang makin akut, rindu akan kampung halaman.
Natal merupakan sebuah kerinduan. Saat gemerlap lampu Natal yang membuat tidur kita terlelap, tentu kenangannya selalu mengundang jatuhnya air mata. Di sepanjang jalan, tidak lengkap rasanya, jikalau aksesoris Natal tidak ada yang dipasang.
Lorong-lorong yang awalnya garang dan gersang, namun begitu eksotisnya saat Natal tiba. Lampu-lampu Natal di malam hari menerangi lorong-lorong gelap. Membuka mata dan hati kita, sekaligus mengingatkan kita bahwa Natal sebentar lagi akan tiba.
  Di depan rumah, kita dapat menyaksikan kokohnya kandang Natal yang dihiasi dengan lampu-lampu Natal. Berkelap-kelip, seolah-olah lampunya sedang menarasikan hidup kita, yang kadang gelap kadang terang. Berwarna-warni begitu. Ada juga kandang Natal yang di desain sebesar mungkin, hingga bisa dijadikan tempat nongkrong sambil memutar lagu Natal, indah bukan.
Bukan hanya kandang Natal. Pohon Natal juga biasanya selalu ada di sepanjang jalan. Berdiri kokoh, melambai ke kiri dan kanan, menyapa pengguna jalan. Mengundang kita untuk menyiapkan hati yang bersih songsong Natal yang indah. 

Merakit harapan dibalik heningnya Rana Mese.

 Solidaritas yang kuat antara umat, menghendaki berbagai ide bisa tersaluri, sehingga setiap ide tidak ada yang mubazir. Soal kebersamaan, Manggarai memang surganya. Kompak dan kokoh kebersamaannya.
Saat malam menghampiri, tibalah orang-orang menyambangi kandang Natal. Duduk melingkar dan berbagi cerita. Terkadang sambil diisi satu dan dua lagu yang diiring oleh alunan gitar yang romantis. Sederhana, tapi berkelas dan berkesan. Ada juga yang berbagi cerita sambil ciu (minum arak, red), memperkokoh persaudaraan dan kebersamaan. 
Natal memang menghendaki tanah itu akan disesaki oleh kenangan dan kebersamaan. Sebuah kisah akan perjalanan panjang merawat  kebersamaan dalam teduhnya Natal.
Manggarai, tanah yang indah saat Natal. Ingin kembali merawati kenangan di setiap tapak di tanah itu. Ah, demi menganyam mimpi, terpaksa kita beranjak sebentar. Pergi untuk kembali.  
Natal memang mengungkit rindu. Solidaritas  bersama sesama saudara membuat kenangan kembali membawa untuk pulang. Kembali untuk berbagi cerita di kampung halaman, natas bate labar, Golo Mongkok. Rawatilah kenangan akan Natal. Kelak, ia menuntun langkah kakimu untuk berlari cepat dan kembali merawat kenangan yang akan kamu ukiri. Percayalah.
Senja ini, kembali rindu. Rindu Manggarai. Rindu Golo Mongkok. Rindu kenangannya. Rindu cintanya. Rindu mimpi-mimpi dari anak-anak Manggarai. Rindu mimpi-mimpi dari anak-anak Golo Mongkok.
Selamat menyongsong Natal untuk diaspora Manggarai dan diaspora Golo Mongkok dimana saja berada. Porong ga one natal agu ntaung weru ho, ata diad kanang pande dite. 
Tabe Momang
Mentawai, 13 Desember 2017. 

Post a Comment

0 Comments