Di Sungai Lala, Merawat Perbedaan Tumbuh Dengan Baik (habis)


Orang Muda Katolik Stasi Sungai Lala usai membersihkan tempat shalat Idul Fitri di Lapangan Desa Sungai Lala.

Pada Jumat, (15/06/18) umat muslim di seluruh dunia terlarut dalam perayaan besar merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Tingginya  arus mudik sebelum memasuki lebaran pun dapat terlihat jelas di terminal, dermaga atau juga bandara. Laporan media massa setiap tahunnya arus mudik lebaran terpantau ramai.

Lebaran itu suatu hari yang suci untuk saudara kita yang muslim. Yang non-muslim juga punya tanggung jawab untuk memelihara khusyuk dan hikmahnya lebaran.

Indonesia ini merupakan panggungnya perbedaan. Sebuah kehormatan besar jika kita yang hidup dan besar di bumi Indonesia terus merawat perbedaan yang ada.

Hal ini sepatutnya menjadi tugas bersama seluruh elemen bangsa.

Bhineka itu biasa. Bhineka Tunggal Ika itu luar biasa. Adalah tugas bersama merawat dan menjaga ibu pertiwi.

Dalam catatan ini, sejujurnya saya belum move on dari kenangan selama masa live in di Stasi Sei Lala, Kecamatan Sungai Lala Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Smile!

Banyak pengalaman yang menarik. Ada kesempatan yang baik mengalir begitu saja dengan iman yang bekerja oleh kasih dan persaudaraan sejati.

Salah satunya pengalaman yang berkaitan dengan kegiatan saat Orang Muda Katolik Stasi Sungai Lala bersama dengan peserta DYD yang live in di Stasi Sungai Lala melakukan pengamanan shalat Idul Fitri di lapangan desa Sungai Lala, Kecamatan Sungai Lala Kabupaten Indragiri Hulu.

Di Jumat (15/06/18) itu,  pagi pkl. 06.25 WIB gabungan orang muda Katolik sebanyak 12 orang bersama-sama menuju lapangan.

Malam sebelumnya setelah acara perpisahan di kapela Stasi Sungai Lala, Ketua Stasi menginformasikan bahwa Orang Muda Katolik Stasi Sungai Lala diminta oleh panitia lebaran Desa Sungai Lala untuk mengamankan prosesi salat Idul Fitri.

Ketika sampai di lapangan, gabungan orang muda Katolik yang didampingi juga oleh Ketua Dewan Stasi Sungai Lala langsung bergegas menertibkan jalannya acara.

Kendaraan roda dua dan roda empat langsung diarahkan ke dalam lapangan. Sebagiannya juga diparkirkan di luar lapangan.

Umat muslim tumpah-ruah datang ke lapangan. Mereka datang untuk merayakan hari raya yang suci.

Sebagai keamanan, kami membantu melancarkan jalannya acara.

Jarum jam menunjukkan pkl. 08.45 WIB, doa mulai dipanjatkan. Orang mulai khusyuk untuk sholat.

Tampak umat muslim sedang khusyuk sholat Idul Fitri.

Kami tetap berdiri di luar lapangan. Jalannya sholat Idul Fitri terpantau aman. Hingga usai semua umat serius memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan.

Setelah semua prosesi sholat Idul Fitri selesai, perlahan-lahan umat meninggalkan lapangan. Kami mulai sibuk untuk menertibkan kendaraan yang meninggalkan lapangan.

Sembari menjalankan tugas, ucapan selamat kami sampaikan kepada mereka. Senyum bahagia terpancar dari wajah mereka; tanda kemenangan telah diraih.

Di puncak acara, kami membantu panitia untuk memungut sampah dan melipat terpal. Usai itu selesai, kami pamit pulang dan menyalami satu persatu panitia yang masih menertibkan perlengkapan acara.

Dalam perjalanan pulang, saya sempat berdiskusi dengan salah satu OMK Stasi Sungai Lala mengenai OMK yang barusan mengamankan jalannya sholat Idul Fitri.

Menurutnya, sudah menjadi kebiasaan di Sungai Lala untuk saling mengamankan saat ada perayaan besar keagamaan dari masing-masing agama.

" Jika umat Katolik merayakan Natal dan Paskah, saudara kita yang muslim turut mengawasi pelaksanaan perayaan Ekaristi" tutur Yofi.

"Kami telah merawat tradisi ini sudah lama. Karena itu, jika mereka merayakan hari raya Idul Fitri maka OMK yang bertugas mengamankan jalannya sholat Idul Fitri" sambung pelajar SMAN 1 Sungai Lala tersebut.

Aksi OMK Stasi Sungai Lala dengan mengamankan jalannya sholat dari saudara-saudara kita yang muslim memang sesuatu yang kecil. Tapi, bukankah hal kecil begitu yang berarti?

Klimaksnya, bahwa merawat Indonesia, merawat perbedaan: merawat perbedaan, merawat keabadian.

Buya Syafii Maarif, sesepuh Muhammadiyah yang berpengaruh itu pernah mengatakan bahwa ia menginginkan bahwa bangsa Indonesia tetap ada, setidaknya sampai sehari sebelum dunia kiamat.









Post a Comment

0 Comments