Tentang Mereka: Selalu Ada Senyum Usai Berpapasan

Senyum usai berpapasan dalam kelas

Sang waktu bergulir  begitu cepat. Tak terasa, setahun pelajaran telah dijalankan. Peluh bercucuran membasahi tubuh tuntaskan pengabdian di depan papan putih. Ragam suka-duka pun hiasi pertemuan yang berlangsung selama 2 semester.

Ujian kenaikan kelas pun telah usai. Untuk sementara waktu, ingar-bingar aktivitas di depan papan putih telah tuntas dilaksanakan. Sekarang lagi fokus dan tuntaskan administrasi untuk kenaikan kelas, dan akhirnya tuntas juga.

Dalam setahun pelajaran, banyak narasi-narasi menarik yang mengalir bersamaan dengan proses di dalam kelas. Tentang itu, saya selalu percaya bahwa ada “poin” dari sebuah ruang pembelajaran.

Salah satunya mengenai senyum manis usai pelajaran di dalam kelas selesai. Berpapasan dengan 22 orang ditambah dengan latar belakang yang berbeda bukanlah sebuah perkara mudah. Untuk menaklukan suasana kelas, perlu digemblengi dengan strategi yang tepat pula.  

Usai berpapasan dalam kelas dan saat situasi kelas mulai beku, dan didasari pula oleh tingkat kesulitan materi yang cukup tinggi,  biasanya saya mulai mencairkan suasana dengan candaan yang menggelitik. Nuansa tegang pun kembali cair. Senyum sumringah kembali hadir hiasi bibir mungil dari anak-anak yang saya didik.

Materi yang sulit. Tegang. Puncaknya, dahi jadi mengkerut. Wajar bukan. Bahwa itu sebagai reaksi semua manusia kala mereka keluar dari pergulatan yang serius. Anak-anak murid saya juga mengalami hal yang demikian.

Mereka kadang diam karena meragu. Kaku. Jika hendak menjawab pertanyaan yang diberikan. Kadang saya menyuruh satu volunteer untuk membawa kami keluar dari fase ke-kaku-an tadi.

Sumber daya yang terdapat dalam kelas juga bisa dimanfaatkan oleh pendidik. Saya sering menerapkan pola tutor sebaya. Dalam konsep pembelajaran, ada konsep pembelajaran menggunakan pola tutor sebaya. Ada anak-anak tertentu yang lamban menangkap penjelasan dari guru, dan merasa cepat jika diterangi oleh teman sebaya. Nah, pada keadaan yang seperti ini, guru dapat memanfaatkan anak yang memiliki kemampuan lebih untuk menjelaskan pada teman yang belum mengerti.

Saya punya beberapa pasukan (baca:murid) yang dapat diandalkan untuk jadi  tutor sebaya. Sebut saja Evan, Pratiwi, Devie, Punen, Pili dan Joneas. Mereka tergolong anak yang istimewa. Bisa menjadi tutor sebaya begitu.

Dengan hati-hati, biasanya mereka memainkan perannya sebagai tutor. Pelajaran Matematika sering menggunakan pola tutor sebaya. Sebagai pendidik, senyum sumringah karena mengerti lebih berarti dibandingkan senyum basa-basi yang ujung-ujungnya tidak paham dengan materi. Smile!  

Di kelas saya, kami punya kebiasaan khusus dengan adanya sesi basa-basi dan dilakukan pada jam-jam terakhir. Hal ini dilakukan saat matahari mulai meninggi. Saat di mana, mentari di langit Mentawai mulai tampil sangar. Basa-basinya diisi dengan cerita-cerita lucu. Orang Manggarai menyebutnya  tombo joak (omong tipu-tapu).

Pada sesi tombo joak, saya akan meminta volunteer yang akan memainkan peran. Jika tidak saya yang akan bercerita. Rata-rata cerita yang saya bawakan semuanya berlatar Indonesia Timur. Hehehe. Maklum, refrensi cerita saya bersumber dari sesi cerita inspiratif dalam acara TV Waktu Indonesia Timur, acara yang ditayangkan dalam salah satu stasiun TV nasional.

Sekejap usai bercerita situasi kembali riuh. Sesi ketawa-ketiwi. Reaksi dari tombo joak tadi. Saya pikir itu bonus dari sebuah ruang basa-basi. Anggap saja konsentrasi perlu dikendalikan dengan taktis yang manjur. 
 Rekreasi bersama di Pantai Mapadegat

Sekarang kami lagi liburan. Kemarin kami sudah membagi rapor kenaikan kelas. Saya senang. Ada yang memuaskan, ada juga yang perlu diperbaiki lagi. Beberapa siswa yang mendapatkan catatan khusus diakibatkan karena ada kompetensi yang perlu digodok lagi. Mereka perlu giat lagi untuk belajar.

Jangan lupa terus belajar. Usai sudah fase kita berpapasan selama satu tahun pelajaran. Terima kasih atas partisipasi dan canda tawa di bawah ruang belajar kita.

Selamat berlibur. Jangan lupa jaga kesehatan, belajar terus-terus belajar. Juga terus membaca dan membaca terus.

Eh, satu lagi. Jangan ditambah liburannya. Sekaligus jangan lupa oleh-oleh buat Pak Guru. Smile!


Post a Comment

0 Comments