Dalam beberapa hari ke depan, lakilako.blogspot.com akan menghadirkan catatan perjalanan menuju pesta besar Hari Orang Muda Katolik tingkat Keuskupan Padang yang bertempat di Air Molek, Riau.
Langit sore di bumi Sikerei tampak tersenyum ayu. Senja yang akan kembali ke peraduan membawa pulang angan-angan dari para petualang yang telah purna mencari harapan di Senin, (9/06/18) itu.
Di Gereja Santo Petrus Tuapejat, tampak segerombolan Orang Muda Katolik dari Paroki St Petrus Tuapejat dan Orang Muda Katolik dari Paroki St Yoseph Sioban mulai mempersiapkan diri untuk melangkah menuju Kapal Ambu-ambu. Mereka tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengikuti kegiatan temu OMK se-Keuskupan Padang.
Setelah semua urusan hampir selesai dengan menyiapkan bekal untuk makan di kapal serta tetek-bengek lainya, perlahan-lahan kami mulai mengangkut barang bawaan menuju kapal.
Dalam perjalanan kali ini, jumlah anggota rombongan sebanyak 49 orang. Selain orang muda, ada juga pastor, suster dan delegatus DPP dari masing-masing Paroki.
Usai semua barang bawaan diantar ke dalam kapal, kami kembali ke Gereja. Hanya ada 5 Orang Muda Katolik yang bertugas menjaga barang yang ada di kapal.
Sejenak kami menikmati detik-detik terakhir sebelum kembali pergi. Jarum jam menunjukkan pukul. 17.30 WIB, panitia mulai mengabsen peserta DYD dari kedua paroki.
Setelah semua diabsen, seluruh anggota rombongan bergegas menuju ke Dermaga Tuapejat, KM 0 Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Romantisme Perjalanan
Arus mudik menjelang lebaran seperti sekarang cukup ramai. Kapal penyeberangan banyak mengangkut penumpang yang hendak pulang ke kampung halaman.
Pulang adalah tugas yang harus dituntaskan para perantau saat lagi lebaran. Bisa jadi mereka akan membawa sesuatu yang baru ke kampung halamannya masing-masing, misalnya hendak mengenalkan istri baru, smile! Kisah kesuksesan dan cerita tentang pahit-manisnya menjadi perantau.
Dalam kapal yang kami tumpangi, jumlah penumpang cukup banyak. Begitu juga dengan jumlah kendaraan roda dua dan roda empat.
Setelah kami tiba di kapal, lalu disibukkan dengan urusan mencari tempat tidur selesai. Perjalanan pun segera dimulai.
Bunyi klakson kapal bergema untuk yang ke tiga kalinya. Pertanda kapal akan segera beranjak. Jarum jam bertengger di pkl. 19.05 WIB.
Untungnya semua anggota rombongan mendapatkan fasilitas VIP. Setidaknya dalam perjalanan yang memakan waktu semalam itu, kami tidak kesusahan untuk membaringkan badan.
Di awal perjalanan kami membunuh rasa jenuh dengan bermain ludo. Menghabiskan waktu dengan ragam aktivitas, adalah salah satu tips untuk melawan rasa suntuk dalam perjalanan laut.
Tak menunggu lama setelah perjalanan dimulai, panitia membagi makan malam. Kami pun segera menyantap makanan ala kadarnya.
Usai tuntas mengisi kosongnya perut, kami bergegas melangkah ke buritan kapal. Di situ orang tumpah-ruah sibuk dengan urusannya masing-masing, sekedar untuk menghabiskan waktu lalui malam.
Kami pun tidak ketinggalan. Ludo menjadi alternatif untuk lalui malam.
Setelah satu-dua permainan dimainkan, kami kembali ke tempat pembaringan. Waktu menunjukkan pkl. 23.12 WIB.
Saya pun segera bergegas ke tempat tidur. Sepertinya mata saya juga belum bisa berlabuh di pelabuhan mimpi. Untungnya, saya memiliki beberapa koleksi video ofline dari acara TV favorit saya, yaitu acara Waktu Indonesia Timur pada edisi Minggu, 10 Juni 2018. Saya pun terhanyut dalam lawakan bernas dari Arie Keriting, Abdur Arsyad, Epi Pae, Renold Lawalata, Yewen dan Mamat Alkatiri itu.
Candaan yang bernas dan kental dengan nuansa Indonesia Timur itu membuat mata saya terpejam. Saya pun tertidur pulas.
Malam kembali meninggi. Membawa kami pergi ke rumah mimpi. Sayangnya, malam masih mencatat namamu yang kelam. Malam yang anggun, meski tanpa kau yang sudah sekian bulan pergi tanpa permisi.
Malam dan bintang itu juga yang segera menjemput pagi. Perlahan-lahan bintang hilang satu persatu. Usai sudah tugasnya menghiasi malam yang merona.
Jarum jam menunjukkan pkl. 04.00 WIB. Dari balik jendela, gemerlap lampu terlihat romantis dari kejauhan. Suasana di sekitar Pelabuhan Bungus terlihat semakin jelas.
Awak kapal menginformasikan bahwa kapal akan segera tiba. Saya perhatikan jarum jam sudah menunjuk pkl. 04.10 WIB. Kami sudah sampai. Puji Tuhan, perjalanan kami tiba dengan selamat.
Setelah sampai, saya bergegas menuju buritan kapal untuk foto-foto.
Selang beberapa menit kemudian, seorang awak kapal mendekat dan menaikkan bendera Merah Putih. Saya pun memotret orang yang sedang menaiki bendera.
Saya tertegun. Kita di Indonesia. Kita Merah Putih. Kita harus tetap menjaga tanah Indonesia, Ibu Pertiwi yang baik hati.
Saat saya menuntaskan catatan ini, kami masih menunggu jemputan. Entahlah, yang pasti sore nanti kami akan beranjak ke Air Molek, Riau.
Semoga saja perjalanan kami lancar adanya.
0 Comments