“Sejak menamatkan pendidikan menengah di Kota Borong, saya tidak terlalu akrab dengan hawa Kota Borong. Padahal dulu saya begitu kerasan dengan Borong yang panas. Saya tidak tahu kenapa itu terjadi. Catatan ini murni tentang rindu akan Kota Borong”
Pantai Cepi Watu dengan bersanding antara lautan biru dengan Poco Ndeki yang berdiri angkuh (foto;genpi.co)
Kota Borong mulai sumpek sejak menjadi ibukota dari Kabupaten Manggarai Timur. 17 Juli 2007 menjadi cikal bakal Kota Borong menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Manggarai Timur yang dimekarkan dari Kabupaten Manggarai. Sekarang aktivitas ekonomi dan pemerintahan tumbuh menggeliat.
Penataan kota memang belum terlalu signifikan. Tidak tahu sekarang. Selama 5 tahun saya di Borong, perkembangan dan tata kotanya terkesan lamban. Semoga saja persepsi saya yang salah. Kota Borong yang dulunya hanya sebagai kampung pesisir selatan yang tak beraturan memang diwajibkan untuk perlahan-lahan segera dibenahi.
Sejak saya menuntaskan pendidikan menengah di Kota Borong, kota itu sudah begitu asing dengan saya. Padahal semasa SMP Negeri 1 Borong dan SMAK Pancasila Borong, setiap sudut kami jajaki dengan jalan kaki. Tidak peduli panas menyengat. Mentari yang sangar kami cundangi. Sekarang teman-teman SMP dan SMA sudah pergi entah ke mana. Sepertinya semua lagi fokus menata hidup yang lebih baik.
Sebagai kota pesisir selatan khas Flores, Kota Borong mengalami perkembangan dalam segala lini. Tidak saja ekonomi, sosial dan politik, pada bidang pariwisata juga mengalami perkembangan yang cukup masif.
Menjajal Kota Borong, kurang afdal jika belum mengunjungi tempat wisata yang ada, sebaiknya mendaki lah ke puncak Poco Ndeki. Poco Ndeki termasuk salah satu destinasi khusus bagi pecinta burung. Dengan berkunjung ke hutan Poco Ndeki kita bisa menemukan burung endemik tanah Flores. Ada juga batu berbentuk batu kelamin perempuan dan laki-laki yang terdapat di puncak Gunung Poco Ndeki.
Poco Ndeki seperti piramida di tepian Kota Borong. Di bawah lembah Poco Ndeki bersemai Kota Borong. Dalamnya berbagai suku hidup berdampingan. Toleransi telah sekian lama menguat. Di sana antara lonceng Gereja dan bunyi beduk dari Masjid beriringan tanpa saling mencurigai.
Selain Poco Ndeki, di Borong kita bisa mejajaki Pantai Cepi Watu. Pantai Cepi Watu terletak di Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur. Letaknya kurang lebih 3 Km dari Kota Borong.
Pantai Cepi Watu terkenal dengan susunan batu yang berdiri kokoh di tepi pantai. Sebagian besar disesaki dengan bebatuan yang begitu besar. Pantainya berpasir di sisi timur. Jika tatapan kita bergeser sebentar ke arah timur, maka kita dapat melihat dengan megah pesona Poco Ndeki yang berdiri angkuh bersanding dengan lautan biru.
Sekarang ragam fasilitas umum mungkin sudah dibangun di Pantai Cepi Watu. Pantai Cepi Watu biasanya ramai dikunjungi wisatawan ketika sedang hari libur. Orang gunung sering mendominasi wisata pantai di Cepi Watu. Entah dari Ruteng atau pedalaman Manggarai lainnya.
Saya tidak tahu kapan terakhir kali saya mengunjungi Pantai Cepi Watu. Sudah 4 tahun terakhir tidak pernah datang ke sana. Pantainya tentu masih cantik seperti dulu kala. Semoga saja saya tidak salah.
Kala kami sekolah di Borong, kami memiliki kebiasaan untuk mandi laut di Pantai Cepi Watu. Meski dengan berjalan kaki dari Golo Karot dengan terik matahari yang liar, itu tak berhasil mengurungkan niat kami. Bercumbu dengan pesona Pantai Cepi Watu yang indah menjadi alasan kami.
Sekarang dan di masa yang akan datang, Kota Borong tentu terus-terusan bersolek dari waktu ke waktu. Kota yang dulunya tidak lebih dari tempat persinggahan khas pesisir pantai, sekarang sedang menuju tatanan kota yang lebih baik tentunya.
Saya selalu berharap agar suatu waktu saya tidak merasa asing ketika datang ke Kota Borong. Semoga saja. Begitu juga dengan teman-teman saya yang lain. Tidak asing seperti yang saya alami.
Rindu Kota Borong. Rindu kenangan yang pernah terbersit di sana. Kota Borong, kapan kita kembali bersua?
0 Comments