Ditinggal Pergi Saat Lagi Sayang-Sayangnya


Senjakala tayangan TV nasional yang perlahan-lahan ditinggalkan oleh pemirsa mengharuskan insan pertelevisian untuk berbenah dari waktu ke waktu. Apalagi di tengah hegemoni Youtube dengan konten-konten yang berbeda nan kreatif menghadirkan alternatif baru bagi para pemirsa. Inovasi dalam melahirkan tayangan kreatif dan lebih segar pun dibutuhkan oleh publik. Sekarang stasiun TV kita sejatinya harus segera berbenah. 

NET TV menyadari hal demikian. Media yang dinahkodai oleh Wishnutama itu pun beralih menghadirkan tayangan yang lebih berbeda, bahkan kesannya satu tingkat di atas berani yaitu nekat. Tayangan tersebut sangat “out of the box” dengan menghadirkan pengisi acara asli dari Indonesia Timur. WIT (Waktu Indonesia Timur) namanya. Program variety show comedy tersebut didesain dengan menghadirkan komika asli Indonesia Timur: Arie Kriting, Abdur Arsyad, Reinold Lawalata, John Yewen, Mamat Alkatiri dan Obie Mesakh. Bukan hanya para pemain, band pengiring juga digawangi oleh orang Indonesia Timur. Hitam Manis Band. 

Tidak terlalu norak, jika saya menyebut bahwa WIT merupakan gelanggang orang Indonesia Timur untuk turun lebih jauh di dunia pertelevisian tanah air. Sejak zaman Srimulat, Wiro Sableng, hingga Opera Van Java tak ada satu pun pemeran yang berasal dari Indonesia Timur, apalagi secara gamblang membahas isu-isu tentang Indonesia Timur. 

Dalam setiap episode WIT, narasi tentang Timur tak pernah absen dari bahan perbincangan. Pada bagian pembuka acara para host terlebih dahulu menyapa rakat-rakat (sebutan untuk orang Indonesia Timur, red) yang ada di rumah maupun yang ada  di studio. Sementara lagu untuk menjemput bintang tamu menggunakan lagu Rasa Sayang ee atau lagu Tobelo dalam beberapa episode terakhir. Narasi menarik lainnya di mana para pengisi acara selalu membawakan materi yang bersinggungan dengan unsur Indonesia Timur.

WIT mencoba hadirkan candaan yang lebih berkelas. Bungkusan komedinya berbeda dengan tayangan TV yang lain. WIT mencoba untuk mengeksplorasi Indonesia timur sebagai bahan komedi yang otentik. Logat serta bahasa yang tidak dibuat-buat. Asli. Bukan tipu-tipu.  

Arie Kriting, salah satu komika asli Wakatobi yang pertama kali merintis komedi melalui jalur audisi Stand Up Comedy (SUCI) III di Kompas TV percaya diri bahwa komedi merupakan jalur strategis untuk kampanye melawan stigma sekaligus medium untuk menceritakan ketertinggalan Indonesia Timur. Menurutnya, ia memilih komedi karena mudah untuk meredakan ketegangan-ketegangan yang mungkin  hadir karena perbedaan. Ia dulunya aktivis organisasi yang sering turun ke jalan. Namun, cara tersebut belum manjur hingga mendorongnya untuk terjun melalui jalur komedi untuk menyuarakan suara-suara minor dari Indonesia Timur.

Saya berpikir bahwa ini ada benarnya juga. Isu-isu ketertinggalan lebih renyah saat dibawa dalam balutan komedi. Penonton akan lebih kuat mendapatkan amanat dari materi yang disampaikan. Orang tidak sekedar tertawa, tetapi dipaksakan  agar usai ia tertawa, ia dapat merefleksi apa yang ditertawakan.

Saya tidak ingin masuk lebih jauh membahas hubungan komedi dengan upaya melawan stigma. Saya sebatas penonton setia WIT yang selalu menunggu setiap episode demi episode. Sayang, keseruan setiap akhir pekan tidak akan bisa dinikmati lagi dalam akhir pekan yang akan datang. WIT sudah sah pamit. 
Pernyataan resmi WIT pamit undur. 

Dalam postingan Instagram  akun wit_nettv pada 20 Januari kali lalu, WIT secara resmi pamit undur diri. Pamitnya acara kebanggaan orang Indonesia Timur ini tuai aneka komentar yang kontroversial. Pada kolom komentar yang dipantau penulis, ungkapan kekesalan berseliweran. Saya percaya bahwa mereka merupakan penonton WIT garis keras. Penonton setia yang kesetiannya di atas rata-rata. Bahkan melebihi kesetiaan Gading Marten pada Gisel Anastasia. Astaga!

Sebagai penikmat komedi Indonesia Timur, saya begitu merasakan kesedihan plus kesepian dengan bubarnya WIT. Jujur, WIT telah menyelamatkan malam minggu saya yang nota bene menjalin hubungan jarak jauh dengan sang kekasih. Bahkan WIT telah menyelamatkan jomblowan-jomblowati di luar sana dari beratnya menikmati malam Minggu. Kesedihan ini semakin memuncak setelah dalam pernyataan resmi pada akun IG wit_nettv tidak ada keterangan resmi yang menunjukan apa alasan hingga WIT tidak tayang lagi. Apakah karena acaranya penuh kegelapan? Apakah karena acaranya tidak bisa mendongkrak pendapatan Net TV? Apakah karena WIT mengangkat isu-isu Indonesia Timur yang selama ini jarang diekspos? Apakah WIT tidak menarik untuk dipertontonkan? Saya tidak tahu. Hanya Wishnutama saja yang tahu. Eh.

Ya, begitulah! Ditinggal pergi saat lagi sayang-sayangnya amat mengalaukan. Sakit. Belum lagi ditinggal pergi sama mba Puput yang memilih untuk segera menikah dengan BTP yang kemarin baru saja keluar dari hotel perdeo itu. BTP dua tahun dalam penjara, keluar-keluar langsung mau menikah.

Nah, kamu yang bertahun-tahun pacaran, ditraktir makan di sana sini,  minta dijemput sana sini, diajak jalan ke sana kemari, bahkan disuruh bikin kopi saat pacarmu ke kos, kapan nikahnya? Memangnya kamu jemuran yang lupa diangkat, terus digantungin tanpa kejelasan yang pasti. Woe, sadar!    


Post a Comment

2 Comments

  1. mantap e pa germas. . .ta'ong kat di LDR ht ge kae. . .
    mnga kat cai jolen cepisa WIT ht. wkwkwk

    ReplyDelete