Rombongan DYD Paroki St Petrus Tuapejat
Senin (12/06/18), mentari siang di Ranah Minang tampil sedikit ganas. Suhunya cukup panas.
Tidak seperti biasanya, hari itu di Gereja Padang Baru disesaki oleh ingar-bingar segerombolan orang muda. Jika sebelumnya hanya diramaikan oleh umat Paroki Padang Baru, tetapi kali itu dipenuhi oleh orang muda Katolik dari paroki-paroki yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Setelah semua persiapan perjalanan untuk menuju Air Molek telah usai. Segala persiapan dilakukan dengan total demi melancarkan perjalanan yang memakan waktu lebih kurang 12 jam.
Jarum jam bertengger di pkl. 14.49 WIB, 7 bus yang kami tumpangi tiba di Gereja Santo Fransiskus Asisi Padang Baru.
Panitia DYD kembali mengabsen semua anggota rombongan dari masing-masing Paroki sebelum diarahkan untuk menuju bus. Usai absen, masing-masing anggota rombongan menyimpan barang bawaan ke mobilnya masing-masing.
Sensasi Perjalanan yang Luar Biasa
Lebih kurang pkl. 17.00 WIB, seluruh mobil rombongan beranjak pergi. Iringan mobil dari masing-masing Paroki melaju kencang tinggalkan Gereja Katolik St Fransiskus Asisi Padang Baru yang berdiri kokoh.
Sepanjang perjalanan kita dapat menyaksikan peradaban Suku Minangkabau.
Masjid-masjid yang berdiri kokoh menambah kesan Islamiah-nya Kota Padang. Orang Padang terkenal dengan jiwa merantau yang turun-temurun.
Di pinggir jalan juga, mata kita akan dimanjakan dengan berbagai model bangunan yang berbentuk rumah gadang.
Suku Minangkabau memiliki rumah adat yang bentuk bangunannya sangat luar biasa, Rumah Gadang namanya.
Deru kendaraan semakin membawa kami pergi. Ingar-bingar Kota Padang pun perlahan-lahan kami tinggalkan.
Saat keluar dari Kota Padang, kami langsung dijemput dengan lekukan jalan yang cukup ekstrim. Tikungan berkelok-kelok menghiasi awal perjalanan kami.
Pohon-pohon yang hijau turut mengucapkan selamat menikmati perjalanan pada kami. Hutan yang lestari beraroma syahdu, selalu mengundang decak kagum bagi pengguna jalan.
Kabut tebal pun turut menggangu pandangan. Saya jadi teringat Hutan Taman Wisata Alam Ruteng yang ada di Danau Rana Mese, di mana selalu dirundung kabut setiap sore hari.
Usai melewati jalan yang cukup menantang, kami tiba di wilayah Kabupaten Solok. Perjalanan pun masih jauh.
Solok menyambut kedatangan kami. Kebetulan mobil yang kami tumpangi berjalan yang paling terakhir, maka kami juga yang sampai terakhir di tempat peristirahatan.
Panitia memutuskan bahwa acara santap malam diadakan di Tugu Ayam, Solok.
Dari kejauhan, saya melihat mobil rombongan sudah berjejeran di area parkir Tugu Ayam, anggota rombongan juga sudah turun dari mobil.
Setelah memarkir kendaraan, anggota rombongan Paroki St Petrus Tuapejat turun dari mobil. Sebagai panitia, kami mengambil makanan yang ada di dalam mobil dan membagi kepada seluruh anggota rombongan.
Santap malam usai, panitia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Himbauan panitia bahwa demi kelancaran Hari Orang Muda Katolik Keuskupan Padang perlu untuk berdoa Rosario di dalam mobil agar pelaksanaan kegiatan lancar adanya. Kami pun berdoa Rosario sebanyak 5 peristiwa.
Malam kembali meninggi. Bintang-bintang semakin anggun memancarkan pesonanya. Bulan malam begitu romantis nan-manis.
Mata mulai lamat-lamat. Tatapan sudah mulai samar. Rasa capai menjadi alasan agar badan segera istirahat.
Sebagian anggota rombongan tertidur pulas. Saya juga mengalami hal yang sama. Terlarut dalam belaian malam yang dingin.
Pkl. 22.10 WIB, kami tiba di Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Mobil kembali menepi. Anggota rombongan turun untuk bercengkrama bersama, ada juga yang mengisi waktu dengan membuang air kecil.
Raut wajah lelah terpancar jelas dari anggota rombongan. Banyak yang sudah capai.
Saya menanyakan kepada salah seorang panitia tentang lama perjalanan. "Perjalanan kita masih 7 jam lagi. Ini belum seberapa, bang" katanya.
Mendengar jawabannya dahi saya langsung mengkerut. Saya pun kembali ke kursi untuk menyandarkan tubuh.
Mata saya terpejam. Badan kembali beristirahat.
Bintang malam masih menghiasi langit. Ia setia menuntun perjalanan kami. Bulan juga masih belum beranjak.
Sang waktu semakin jauh. Saat mata saya terbangun, malam kian berarak menuju dini hari.
Tidak terasa jua, kami tiba di Paroki Air Molek, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Waktu menunjukkan pkl. 05.40 WIB, 6 bus rombongan yang sama-sama start dari Paroki St Fransiskus Asisi Padang Baru tiba dengan selamat.
Dari dalam mobil, tampak panitia sedang mengarahkan seluruh peserta untuk menuju Aula Paroki St Theresia Air Molek.
Setelah mengambil tas, kami bergegas menuju Aula. Orang Muda Katolik dari paroki-paroki yang lain telah tiba lebih dulu.
Panitia kembali mengarahkan seluruh peserta untuk melakukan registrasi ulang. Selanjutnya kami menikmati sarapan pagi yang luar biasa.
Selasa (13/06/18), semburat merah warnai mentari pagi di Air Molek. Di bawah naungan St. Theresia, Orang Muda Katolik Keuskupan Padang hadir untuk Maju, Bergerak, Bersaing dan Menang.
0 Comments