Dengan segala fitur menarik dalam lini media sosial, Facebook bisa membawa kembali untuk melihat bulir-bulir kenangan yang telah diarungi. Sekedar untuk mengunjungi kembali apa dan bagaimana perjalanan yang telah kita cundangi.
Untuk mudah mengidentifikasi gelagat masing-masing orang-orang, cukup periksa saja timeline Facebook setiap harinya. Dengan demikian, dapat kita melihat sistematika berpikir dan rencana baik-buruk dari orang lain.
Saya tidak mau neko-neko dalam pergulatan wacana orang lain. Ujung-ujungnya pusing tujuh keliling. Kita lagi yang pening untuk menganalisisnya.
Catatan ini hanya soal kenangan, harapan yang sudah tidak bisa kembali lagi diupayakan. Senja ini, imajinasi masa lalu saya kembali hadir. Facebook pun jadi kail pengungkitnya. Entah kenapa?
Dulu sempat kita berjalan bersama, seiring dalam arungi hari tetapi pada akhirnya engkau memilih untuk tak lagi seiring; pergi tanpa permisi. Entahlah!
Sangat lama kita rajut kasih, menenun kisah, hingga engkau pergi tanpa alasan yang jelas; biarkan saya sendiri, berdiri sendiri dan berdiam diri di sini, tanpa keterangan yang jelas pula.
Namamu sempat terbersit dalam hati, tertulis oleh rasa yang tulus, hingga pada akhirnya engkau pergi disapu oleh ombak yang datang cumbui pantai. Sayang, kau tak mampu menaklukkannya. Kau pun pergi sejak itu, terbawa waktu dan sisakan sedikit rasa yang haru.
Yang pasti mau seperti apa engkau sekarang, hari-hari yang engkau jalani seperti apa? Setidaknya dalam doa yang kau daraskan sematkan juga nama saya.
Beberapa alasan berikut mungkin bisa diterima; pertama, soal motivasi. Yang pasti hingga di titik sekarang, engkau harus berkata jujur dengan masa lalu bahwa pernah ada saya yang mendukung pembentukan karakter dan kepribadianmu. Itu murni bukan ilusi! Saya harap kau pahami itu.
Kedua, kerja sama. Dalam setiap bingkai kehidupan yang pernah kita geluti, harus diakui juga ada saya yang warnai hari-harimu sampai sedikitnya berseri. Kerja sama dan sama-sama kerja demi kebaikan bersama pula. Sayangnya, itu dulu bukan sekarang.
Saya tentu tidak menginginkan bahwa dalam perjalanan hari-harimu selanjutnya, kamu tidak mengakui dulu pernah ada saya pada suatu masa. Sangat tidak setuju!
Ketiga, saya bingung, ini catatan apa sebenarnya. Tentang kenangan kah? Atau murni tentang rasa yang tersisa. Saya juga linglung. Yang pasti imajinasi saya sekarang lagi amburadul. Kacau balau dan gagal fokus.
Suatu hari nanti mungkin saya turut bangga. Mungkin! Sebab saya pernah ada dalam kehidupan seorang anak manusia yang puncaknya pergi tanpa permisi; singgah meski tak sungguh, hingga cabut membawa sebagian kenangan dan mencuri sebagian kisah masa muda.
Entahlah! Di sini, pada tempat kita pernah berdiri, hingga engkau pergi untuk menghindari, sejujurnya ada saya dengan cangkir kopi yang belum pergi.
0 Comments