Air terjun Cunca Rede di Ntaur, desa Sano Lokom kecamatan Rana Mese kabupaten Manggarai Timur (foto: via https://travel.kompas.com)
Seburuk-buruknya rumah tentu engkau akan
pulang. Namanya juga rumah, tempat ternyaman untuk merebahkan badan. Engkau
tetap akan kembali untuk rehat sejenak, ataupun untuk menghabiskan sisa waktu
yang kian hari kian menua.
Pun Manggarai Timur itu sebagai rumah bersama.
Tempat terbaik untuk habiskan sisa usia
hingga kapan pun jua. Sebagai tempat tinggal tentu sudah menjadi tanggung jawab
bersama untuk menjaga bahkan menarasikan tentang segala cerita dan cinta di
dalamnya. Perantau sekalipun entah ia bergerak di mana dan ke mana, diwajibkan
untuk tetap bergerak demi kuni agu kalo tercinta.
Acap kali cerita tentang Manggarai Timur dengan segala
ketertinggalan infrastruktur yang buruk pakai mati punya itu sering berjubel di
lini media massa dan selalu mengusik pikiranmu. Namun dari jauh engkau akan tetap bergumam
dalam hati: itu sa pu kampung ee. Sa
bangga lahir di sana. Sa akan kembali ke sana nanti. Sa akan berbakti di sana
pada suatu masa kelak. Sa akan habiskan waktu den sa pu pendamping hidup nanti
di sana.
Alasan-alasan demikian pun menuntut kita untuk
tetap berbuat, tak terkecuali diaspora Manggarai Timur. Ihwal bergerak dari
jauh pun memaksakan adanya gerakan bersama untuk menarasikan kampung halaman.
Blog merupakan salah satu wahana untuk mewujudkan mimpi demikian, mimpi tentang
menarasikan Manggarai Timur dalam narasi demi narasi.
Minimnya narasi tentang Manggarai Timur di
mesin pencarian Google juga menjadi salah satu pemicu untuk kita sesegera
mungkin bergerak. Dominasi pariwisata Labuan Bajo dengan Komodo dan Ruteng
dengan Wae Rebo yang menguat, turut menghempaskan Manggarai Timur dari
percaturan pariwisata Flores. Saya pikir ini ekses dari minimnya narasi.
Jangan heran Manggarai Timur menjadi
persinggahan sementara oleh wisatawan yang sedang menjelajahi Pulau Flores. Ia dihempas
dari percaturan pariwisata Flores yang sedang naik daun itu, kasarnya kita lemah dalam persaingan pariwisata. Manggarai Timur sudah waktunya untuk menang dalam
kompetisi pariwisata. Ia tak boleh loyo dalam mendongkrak tingginya angka
kunjungan wisatawan. Memperkuat narasi salah satu kuncinya.
Keresahan itulah yang menuntun beberapa
diaspora Manggarai Timur untuk bergerak dan berbuat. Ide membentuk komunitas
blogger Manggarai Timur pun lahir. Alhasil, sejak diskursus menghidupkan narasi
tentang Manggarai Timur bergulir, catatan-catatan menarik tentang Manggarai
Timur pun ikutan berjubel di lini media sosial.
Sekarang kami sedang berada di jalan menguatkan
narasi. Bangsa pemenang merupakan kumpulan dari golongan-golongan yang mampu
memperkuat narasi. Kami mencoba bergerak dengan membangun narasi dengan cara
yang tidak biasa. Dari jauh kami bergerak dengan aksi yang pelan tapi pasti.
Gerakan yang sedang kami rintis masih bersifat sporadis namun itu
bukan berarti akan menciutkan nyali, mengangkat suara tinggi ke udara untuk berbakti
pada tanah kelahiran. Apapun itu sejatinya memang kita tetap berbakti dan
mengabdi.
Manggarai Timur itu keren, kawan. Ia tidak
kalah beken dengan Labuan Bajo atau Ruteng yang dingin itu. Camkan itu! Dan
pada waktu yang akan datang, saya akan membuktikan lebih jauh kenapa Manggarai
Timur itu keren.
2 Comments
Aduh mantap e Tuhan
ReplyDeleteHalo om Popind, makasih sudah mampir e
Delete