Ada Damai di Tanah Mama


Entah kemana langkah kakimu membawa pergi,  tanah mama selalu memanggilmu setiap waktu. Ia memiliki magnet yang selalu memanggilmu kembali. 

Saya selalu kerasan kalau berkunjung ke kampungnya Mama. Aroma tanahnya selalu menenangkan. Damai dan menyejukkan.

Seperti kasih sayang dari seorang Mama, di tanah pada tempat ari-ari dikuburkan selalu mendamaikan, ada cinta yang mengalir dari rahim ibu yang kokoh, sepanjang waktu sepanjang hayat.

Cintanya selalu ada. Ia tak akan sirna, meski dimakan sang waktu yang adakalanya ego dan munafik. 

Di tanah Mama selalu ada cinta pada haribaannya. Pada senja, pada kopi dan pada solidaritas dari orang-orang yang ada di dalamnya. 

Tanah itu bernama Lalang, Desa Lalang Kecamatan Rana Mese Kabupaten Manggarai Timur. Cintanya tak pernah bernasib malang. Sopi dan Kopi selalu menyambut penuh cinta.

Sekarang nuansanya perlahan-lahan beralih. Jika dulu nasibnya malang, kini perlahan-lahan disayang.

Pembangunan tak lagi dongeng sebelum tidur. Infrastruktur mulai dibangun, meski masih banyak kekurangan di sana-sini. Tidak apa-apa, asalkan orang-orang kampung mulai merasakan efek dari pembangunan. 

Dulu semasa kami kecil, satu-satunya bangunan luks hanya Puskesmas Lalang. Sekarang rumah-rumah warga beranjak permanen, juga fasilitas publik makin marak dibangun. 

Puskesmas Lalang mulai berbenah.  Akreditasi Puskesmas A membuat bangunannya makin luks. Gedungnya berlantai dua. Bercat hijau.

Gedung pendukung lainnya makin banyak. Fasilitasnya mulai lengkap. Lorong-lorongnya mulai terlihat nyaman, seperti di RSUD Ben Mboi, Ruteng. 

Dengar-dengar tenaga kesehatannya semakin banyak. Pelayanan pun tentu semakin maksimal. Kabar baik yang perlu disyukuri oleh warga Kampung Lalang. 

Di 27 Juni yang telah lewat, kami ke Kampung Lalang. Bermaksud untuk mengikuti acara kenduri dari nenek kami. 

Saat tiba di sini, tiang listrik tertancap kokoh di tepian jalan. Instalasi listrik juga mulai dipasang di rumah warga, bahkan sebagian rumah warga telah dipasang meteran listrik, walaupun arusnya belum mengalir. 

Semua itu adalah kabar baik. Tentang hidup yang tak stagnan, tak seperti dulu lagi, mengalir untuk mengikuti arus waktu yang melaju. 

Jalan desa untuk membuka keterisolasian antarkampung pun dibuka. Dana Desa membantu melancarkan mimpi warga dalam mengakses infrastruktur. 

Sekarang jalan menuju Kampung Pelak dari Kampung Bea Kawu telah dibuka. Dirabat menggunakan Dana Desa. Begitu juga menuju Kampung Lempe Reget, jalannya telah dilapen. 

Serasa waktu berlalu begitu cepat. Limabelas tahun lalu kami susah payah datang ke sini. Kaki-kaki kami jadi andalan utama dalam  taklukkan lereng Kampung Lepeng yang sangar, cundangi dataran di atas Kampung Lepeng yang panjang. Sekarang kian hari kian mudah. 

Perjalanan memang begitu. Tak berdiam di tempat, namun mengikuti irama zaman. Tugas kita cuma satu: mengimbanginya agar mampu bertahan. 

Begitu saja dulu. Selamat Datang ke Kampung Lalang.  Sekali lagi cinta akan selalu menyambutmu di plataran kampung.

Post a Comment

0 Comments